Love Story 2

Kisah ini adalah flashback, terjadi di jaman saya sekolah. Jadi ceritanya, waktu SMP saya punya temen cowok, kita sekelas dari sejak kelas 1, dan kemudian jadi 1 genk main. Nah, sampai SMA itu kita terus jadi temen main walaupun kadang gak sekelas. Rasanya di antara kita gak pernah ada saling suka, kita temenan akrab seperti yang lainnya.

Pernah sih di suatu hari valentine pas SMA, dia tiba-tiba kasih kartu spesial. Kenapa spesial? Soalnya itu kartu paling gede yg pernah saya dapet, hampir segede pintu kamar saya. Dan isinya tulisan……LUPA! HAHAHAHA (maaf, musti saya cari dulu, soalnya sebetulnya masih disimpan sih di rumah ortu). Saya gak tau apa sebenernya dia pernah diem-diem suka sama saya atau engga. Pokoknya gak pernah terucap atau terlihat dari sikapnya. Malah ada 1 sahabat cowok dia, yg suka sama saya, dan dia yang selalu bantuin dan dukung temennya itu buat bisa deketin saya.

Nah, btw, ini kisah lain dr kehidupan saya, suatu hari di masa SMA, ceritanya saya mengalami kejenuhan dalam hal kerohanian. Walau dari kecil saya rajin ke gereja, tapi sepertinya waktu itu kerohanian saya mentok, gak ngalamin pertumbuhan. Jadi mulailah saya keliling dari satu gereja ke gereja lain, untuk cari dimana tempat yang tepat untuk saya bertumbuh. Nah, teman saya tadi, beribadah di sebuah gereja. Suatu hari dia ngajak saya ke sana. Sejak hari itu, setiap hari minggu dia selalu jemput saya ke gereja. Fyi, rumah saya tuh di daerah timur, rumah dia nun jauh di utara, dan gerejanya di Barat. So…kebayang kan gimana dia harus turun dari utara yang macet, buat jemput saya ke timur, terus kita bareng2 ke barat, habis beres itu, dia kudu anter saya lagi ke timur, baru dia pulang ke utara lagi. Dan satu hal lagi, dia berkorban untuk gak pergi bareng keluarganya, dan bawa mobil sendiri. Bahkan pernah di suatu Natal, perayaan Natal gereja diadakan di Eldorado Lembang, dan dia tetep antar jemput saya kaya biasa, dan yang saya kaget, malam setelah anter saya pulang, saya baru tau kalo keluarganya nungguin dia di restoran daerah utara utk makan malam. Duh, saya sampe gak enak hati, tau gitu saya gak akan nebeng dia.

Tapi sejak itu, rohani saya meningkat pesat, saya mulai aktif di youth gereja dan melayani di sana. Sampai akhirnya setelah lulus SMA, dia mau nerusin kuliahnya ke Amrik. Selama kuliah di sana, kita masih keep in touch walau jarang, soalnya komunikasi susah. Kita cuma kadang kirim surat, atau dia kirim kartu kalo natal, dan telp kalo ultah. Paling kalo dia pulang, baru kita janjian ketemuan sama temen2 yg lain.

Akhirnya saya lulus kuliah dan kerja, dan temen saya itu terus ngelanjutin kuliah S2, bahkan sampai S3.

Sampai suatu hari, suatu siang ketika saya sedang kerja di kantor, seorang sahabat cewek saya tiba-tiba telpon. Tumben nih jarang2 sohib saya yang satu ini telp, lalu dia ngomong “Jangan kaget ya…mmmm…Chris udah gak ada…”. Saya bingung dia ngomong apa, terus saya tanya “Maksud loe apa? Chris siapa?”. Terus dia jawab “Christopher Leo meninggal di Amrik”. Saat itu saya gak tau perasaan saya gimana, saya cuma tutup telpon, tangan saya gemeteran, dan gak lama air mata saya keluar, terus saya nangis beneran (biasanya jarang nangis), tambah lama tambah kenceng nangisnya. Dan temen2 kantor berdatangan ke meja saya, bingung saya kenapa.

Dua hari setelah itu, setiap hari saya datang ke suatu tempat, ke rumah duka dimana teman saya itu sudah didatangkan dr Amrik, dan disemayamkan di sana. Katanya dia meninggal karena kecelakaan, waktu jalan pulang bersama 2 temannya, dari menghadiri acara KKR. Karena ngantuk, temannya yg nyetir nabrak pembatas highway, dan Chris yang lagi tidur di kursi belakang, kelempar keluar jendela depan. Gak tau sih cerita benernya gimana, yang pasti dia udah gak ada lagi…

Dua hari selama di rumah duka, banyak obituari yg ceritain kebaikan Chris, malah temen-temennya di Amrik bikin buku khusus yang isinya kesan dari orang-orang yg kenal dia selama sekolah di sana. Chris juga dianugerahi “Honorable Doctor “(?) oleh Universitasnya walaupun dia gak sempat lulus S3 nya. Berita dukanya menuliskan “Telah mengakhiri pertandingan dengan baik”.

Kadang kita gak ngerti, kenapa dan untuk apa kita ketemu dengan seseorang yang nantinya gak ada lagi atau gak jadi bagian dari hidup kita. Tapi saya percaya bahwa gak ada yang kebetulan atau sia-sia. Pertemuan saya dengan Chris adalah bagian dari perjalanan hidup saya, pembentukan kepribadian dan karakter saya. Kalo saya sebagaimana saya ada sekarang ini, itu karena ada bagian dari hidup saya, dimana ada Chris di dalamnya. Jadi saya bersyukur pada Tuhan karena saya tahu Tuhan turut berkerja di dalam segala perkara untuk mendatangkan kebaikan bagi yang mengasihiNya.

Untuk menutup kisah ini, saya akan menuliskan sebagian dari lirik lagu kesukaan Chris, yang juga diputar menjelang perpisahan untuk keberangkatannya ke Amrik.

Oh and then for the times when we’re apart
Well, then close your eyes and know
The words are coming from my heart
And then if you can remember

Keep smiling and keep shining
Knowing you can always count on me, for sure
That’s what friends are for
In good times and bad times
I’ll be on your side forever more
That’s what friends are for

In memoriam : Leo Christopher Lembong ( 1974 – 1998 )

Share this post

Share on facebook
Share on twitter
Share on pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berencana Tidak Naik Kelas

Q: Selamat malam auntie, maaf kalau mengganggu. Jadi gini auntie. Aku ini masih kelas 10 dan walaupun sekolahku sekolah favorit yang isinya anak pinter, nilaiku

Read More »